Penyakit tersebut tentu akan sangat sulit diatasi jika sudah menjadi
insiden, apalagi jika tarafnya sudah stadium lanjut atau tingkat tinggi.
Langkah terbaik adalah pencegahan, dengan kampanye hidup sehat, termasuk
rajin olahraga.
rajin olahraga.
Dari data kesehatan yang dimiliki Indonesia,
beberapa penyakit tidak menular nyatanya menduduki tataran atas penyakit yang
banyak diserita oleh masyarakat, bahkan ada kecenderungan meningkat. Diabetes,
kanker, dan jantung misalnya, jumlahnya cukup tinggi. Kendati secara prevalensi
masih dibawah 10 persen, namun penyakit-penyakit tersebut mampu merenggut
banyak nyawa penderitanya. Hal inilah yang wajib terus diwaspadai.
Adapun lima penyakit berprevalensi tertinggi
adalah;
1.
HIPERTENSI
Lebih dikenal
masyarakat dengan nama tekanan darah tinggi. Penyakit ini menduduki prevalensi
tertinggi di Indonesia, yaitu lebih dari seperempat, atau 25,8 persen. Di
kalangan medis, hipertensi disebut juga silent killer, karena kadang tidak
disadari, tetapi bisa merusak organ tubuh dan pemicu gagal ginjal, stroke,
jantung. Hipertensi bisa terjadi karena banyaknya asupan yang cenderung
menghambat atau menyempitkan aliran darah, seperti konsumsi berlebih garam,
lemak tak jenuh, dan merokok. Salah satu studi keterkaitan merokok dengan
hipertensi didapat dari data autopsi mayat, dimana di dalam pembuluh darah
perokok terdapat arteroskeleriosis akibat penumpukan nikotin dan bahan berbahaya
lainnya dari rokok (sumber : Artikel Penelitian oleh Ekowati Rahajeng,
Sulistyowati Ruminah; Prevalensi Hipertensi & Determinannya di Indonesia,
Pusat Penelitian Biomedis & Farmasi Badan Penelitian Kesehatan, Depkes RI).
Sedangkan 3 (tiga) provinsi di Indonesia dengan serangan hipertensi tertinggi
menurut data Riskesdas adalah Bangka Belitung (30,9%), Kalimantan Selatan
(30,8%) dan Kalimantan Timur (29,6%).
2.
PENYAKIT
SENDI
Penyakit ini
prevalensinya tertinggi kedua, yaitu 24,7 persen. Definisi penyakit ini
disebutkan sebagai penyakit inflamasi sistemik kronik pada sendi-sendi tubuh.
Ini terjadi karena adanya penumpukan kristal asam urat di jaringan ikat.
Misalnya didaerah lutut, pangkal lengan, pergelangan tangan maupun kaki dan
daerah-daerah yang bersendi. Gejalanya berupa nyeri, disertai kekakuan, merah,
pembengkakan, yang bukan karena benturan ataupun kecelakaan. Salah satu cara
untuk mengatasi penyakit sendi ini diantaranya juga dengan menjaga pola makan,
cukup asupan kalsium dan vitamin sendi lainnya, serta rajin olah raga. Seperti
asam urat, maka harus diperhatikan pola makanan yang banyak mengandung purin,
semisal jeroan, minuman beralkohol, ikan hering, kerang, udang dan seterusnya.
Dan yang tak kalah penting dengan memperbanyak minum air putih, susu,
buah-buahan ceri, seledri, jeruk dan sumber multivitamin lainnya. Menurut data
riset kesehatan dasar, provinsi dengan prevalensi mengidap penyakit sendi
tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan prevalensi (33,1%), Jawa
Barat (32,1%) dan Bali (30,0%).
3.
PENYAKIT
HEPATITIS B
Secara nasional
prevalensinya mencapai 21,8 persen, atau menempati urutan tertinggi. Hepatitis
B merupakan penyakit hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Sebenarnya
penyakit hati ini bukan saja karena virus, tetapi juga akibat paparan bahan
kimia berbahaya, karena hati berfungsi untuk menetralkan racun di dalam tubuh. Jika
disebabkan virus, berhati-hatilah, karena virus ini sangat ganas, dan lebih
cepat 10 kali dalam hal menularkan dibandingkan virus HIV. Sebenarnya ada
herbal yang baik untuk kesehatan hati ini, dan sudah melalui uji klinis, bahkan
telah masuk ke dalam resep dokter. Obat herbal dimaksud adalah curcumin. Zat
aktif curcumin ini ditemukan di temulawak dan kunyit. Kedua rempah yang popular
di Indonesia ini juga dikenal memiliki zat anti virus sehingga sangat baik,
terutama sebagai upaya pencegahan dini. Provinsi dengan prevalensi tertinggi
hepatitis B, yaitu Bangka Belitung (48,2%), kemudian Maluku (47,6%) dilanjutkan
oleh DKI Jakarta (37,7%).
4.
SERANGAN
STROKE
Di Indonesia
prevalensinya mencapai 12,1%. Diantara semua jenis penyakit yang tinggi
prevalensinya, stroke merupakan penyakit yang datanya paling pesat
peningkatannya. Pada tahun 2007 prevalensinya berkisar pada angka 8,3%. Jumlah
ini meningkat tajam pada tahun 2013 menjadi 12,1%. Oleh badan kesehatan dunia
(WHO), stroke didefinisikan sebagai penyakit karena deficit fungsi susunan
syaraf yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah di otak. Stroke banyak
dipicu oleh gaya hidup yang tidak sehat, pola makan sembarangan yang
mengakibatkan penyempitan pembuluh darah di otak, gampang stress, kurang gerak.
Apalagi dengan pola hidup perkotaan di mana mobilitas sangat tergantung kepada
alat transportasi, bukan aktivitas fisik. Provinsi dengan prevalensi sroke
tertinggi yaitu DI Yogyakarta (16,9%). Sulawesi Tengah (16,6%), dan disusul
oleh Jawa Timur dengan prevalensi (16,0%).
5.
BALITA
KURANG GIZI.
Nampaknya penyakit
ini sangat paradoksal di tengah pola konsumsi masyarakat yang mulai tidak
terkontrol. Secara nasional, prevalensi balita kurang gizi mencapai 19,6
persen. Keadaan ini sangat memprihatinkan, sebab hampir 1 dari 5 balita di
Indonesia mengidap kurang gizi. Provinsi dengan prevalensi balita kurang gizi
tertinggi adalah NTT (35%), kemudian Papua (32%), dan Maluku (30%). Kalau lebih
detil lagi, data stunting (balita pendek) juga mengalami peningkatan dari waktu
ke waktu, yaitu 37,2 persen pada tahun 2013, meningkat dari data tahun 2010
sebesar 35,6 persen. Jadi, anak-anak Indonesia sudah kurang gizi, pendek pula. Penyakit
di atas, tentu akan sangat sulit diatasi jika sudah menjadi insiden, apalagi
jika tarafnya sudah stadium lanjut atau tingkat tinggi. Langkah terbaik adalah
pencegahan, dengan kampanye hidup sehat, termasuk rajin olah raga. Perlu keterlibatan
semua pihak untuk mengampanyekan hal ini, terutama pemerintah sebagai garda
terdepan.
SILAHKAN BAGIKAN ARTIKEL INI !!!